Ini adalah sejarah singkat prosesor AMD yang saat ini kita kenal dan pakai
sampai sekarang. Setelah akhir tahun 1980-an, beberapa pengembang
chipset, sperti AMD (Anvaced Micro Devices) dan Cyrix mulai menantang
Intel, dengan memproduksi sendiri chip prosesor “Intel-competibel”. Chip
tersebut mendukung rangkaian instruksi yang ada di prosesor Intel.
Harganya lebih murah, dan kadang mempunya kemampuan yang lebih
dibandingkandengan produk Intel.
AMD mulai menggebrak pasaran dengan prosesor buatannya sendiri pada
tahun 1996, dengan merilis AMD K5. Sebelumnya, AMD sudah membuat
prosesor seperti AM486 pada masa Intel 386 dan 486, namun masih di bawah
lisensi Intel. AMD K5 ini mendapat respon yang baik. Kemudian ada AMD
K6 yang dirilis pada tahun 1997, dengan kecepatan 166 dan 200MHz.
Prosesor ini memang dirilis untuk diadu dengan kemampuan prosesor Intel.
Kelebihan dari prosesor-prosesor AMD adalah kemampuannya untuk di
overclock. Sama dengan AMD, setelah memproduksi prosesor X86 untuk Intel
pada masa Intel 286 dan 386, Cyrix memutuskan untuk memebuat sendiri
dengan merilis Cyrix 486 DX-4 untuk pertama kalinya di awal 90-an.
Dilanjutkan pada tahun 1995, Cyrix merilis Cyrix 6X86, prosesor dengan
kecepatan tinggi di angkatannya, yang sayangnya punya masalah pada
kompatibilitas dan panas. Pada tahun 1999 Cyrix dibeli oleh VIA,
perusahaan chipset asal Taiwan.
Sampai sekarang perkembangan microprosesor masih terus berlanjut
dan Intel tetap merajai dunia microprosesor. Hal ini juga tidak terlepas
dari Hukum Moore, yakni hukum yang dilontarkan oleh Gordon Moore pada
tahun 1965. Kala itu, Moore memprediksikan jumlah transistor yang ada
pada integrated circuit (IC) akan berlipat ganda setiap tahunnya.
Pernyataan ini diperbaharui Moore di tahun 1995, dengan penelitian bahwa
kelipatan ganda jumlah transistor hanya akan terjadi setiap dua tahun
sekali. Hukum Moore sampai sekarang menjadi panduan bagi Intel untuk
memacu prosesornya agar semakin andal, terutama peningkatan kecepatan
dengan penuerunan harga yang sangat signifikan.
Meski pertumbuhan kecepatan prosesor sempat mengalami masa-masa
stagnan, namun pertumbuhan kecepatan prosesor Intel mengalami
peningkatan yang mengseankan. Banyak ahli teknologi informasi di seluruh
dunia, termasuk Gordon Moore, berharap hukum Moore dapat bertahan
paling tidak sampai dua dekade mendatang (sejak tahun 2008).
Perkembangan teknologi prosesor begitu pesatnya akhir-akhir ini.
Dalam setahun bisa muncul beberapa jenis prosesor yang baru. Hal ini
dipicu oleh :
1. Tuntutan perkembangan itu sendiri
2. Tuntutan oleh pesaingan sengit antara 2 raksasa produsen prosesor yaitu INTEL dan AMD.
Sebagai orang awam, tentu kita tidak paham masalah-masalah teknis,
itu adalah bagian orang IT. Tapi setidaknya kita harus tahu jenis
prosesor apa saja yang ada saat ini, sehingga saat kita akan membeli
koan sengitmputer kita, sedikit banyak, tahu apa yang kita beli.
Intel vs AMD
Dari beberapa produsen prosesor, hanya ada 2 nama yang menguasai
pasar, Intel dan AMD (Advance Micro Device). Bagi sebagian besar orang
awam, malah hanya tahu satu nama, yaitu Intel. Bahkan ada yg hanya
mengenal salah satu merk dagang dari Intel, yakni Pentium. Memang
Pentium adalah nama prosesor Intel yg paling melegenda.
Bagi orang yg agak “mengerti” tetek bengek komputer, mungkin sudah
kenal nama AMD. Tapi nama ini dipersepsikan sebagai prosesor yang
murahan, panas, jelek dan imitasi dari prosesor Intel. Persepsi ini tdk
bisa dipersalahkan 100%. Awalnya AMD memang hanya membuat prosesor dgn
“menjiplak” teknologi Intel dan atas “restu” pihak Intel, tentu saja.
Namun, karena satu dan lain hal, terjadi persengketaan yg cukup
sengit antara Intel dan AMD dan pengadilan mengharuskan AMD
mengembangkan sendiri teknologi pembuatan prosesornya. Dari sejak itu,
para engineer AMD terpaksa bekerja keras siang dan malam. Kucuran
keringat mereka itu tidak sia². Setelah beberapa tahun “tirakat” di
dalam laboratorium, mereka berhasil membuat prosesor yang bisa
mengimbangi, bahkan dlm suatu periode waktu tertentu, mengungguli
“guru”nya, dlm hal ini Intel, tentu saja. Namun harus diakui bahwa dalam
bidang pemasaran AMD masih tertinggal jauh dari Intel, tetapi tidak
dalam bidang teknologinya.
Jadi persepsi bahwa AMD itu murahan, jelek, panas, imitasi dan yg
negatif² lainnya, saat ini sudah tidak berlaku lagi. Kita punya pilihan
yang sama² mumpuni untuk prosesor, Intel atau AMD.
Kecepatan Prosesor
Dulu kinerja prosesor dilihat dari kecepatannya, yang diukur dengan
satuan MHz (Mega Hertz) atau GHz (Giga Hertz). Produsen prosesor terus
berlomba menciptakan prosesor dgn kecepatan tertinggi. Sejak jamannya
Pentium 4 kecepatan prosesor sudah lebih dari 1.000 MHz sehingga mulai
populer lah satuan GHz (1 GHz = 1.000 MHz) dalam mengukur kecepatan
prosesor.
Perlombaan ini seakan tak ada batasnya, 2 GHz terlampaui, 3 GHz
terlampaui. Sampailah pada suatu titik dimana mulai terjadi keterbatasan
(limitasi) dlm meningkatkan kecepatan prosesor. Limitasi yg paling
sulit diatasi adalah temperatur. Semakin cepat prosesor, semakin tinggi
panas yang dihasilkan, semakin diperlukan sistem pendinginan yg lbh
canggih. Limitasi lain adalah konsumsi daya, semakin cepat prosesor,
semakin banyak pula energi yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
Efisiensi lalu menukik tajam. Pada titik ini, para perancang prosesor
mulai menciptakan ajang adu balap yang baru, dlm hal ini adu kinerja dan
efisiensi prosesor.
Kinerja Prosesor
Pihak pertama yg menyadari bahwa adu cepat, pada suatu titik, akan
menjadi sebuah ke-sia²an adalah AMD. Mereka sadar akan sulit bersaing
dengan Intel kalau mereka berpacu di lintasan balap yg sama. Mereka
mengembangkan prosesor tdk lagi berbasis kecepatan tapi berbasis
kinerja. Yang jadi ukuran bukan lagi tingkat kecepatan (speed rating)
melainkan tingkat kinerja (perfromance rating). Dengan cerdik AMD
menamai prosesornya tidak dengan kecepatan (berapa GHz) tapi dengan
angka perfromance ratingnya. Dan tolok ukurnya juga mereka sendiri yg
menentukan. Jadi orang akan sulit memperbandingkan apple to apple antara
prosesor AMD dan Intel pada saat itu.
Contohnya, AMD mengeluarkan prosesor dgn kecepatan “hanya” 1.8 GHz,
mereka memberi nama Athlon64 3000+. Angka 3000 secara tersamar mengacu
ke angka 3 GHz. Mereka seakan hendak mengatakan bahwa Athlon64 3000+
(sekalipun kecepatannya hanya 1.8 GHz) memiliki kinerja mengimbangi
prosesor (Intel) yg berkecepatan 3 GHz. Dan pada kenyataannya memang,
lebih kurang, demikian.
Dengan kecepatan yg relatif rendah itu, maka panas yg dihasilkan
tdk terlampau tinggi dan lbh hemat daya. Biaya produksinya pun bisa
ditekan lbh rendah. Toh pada akhirnya para pengguna komputer tdk peduli
berapa GHz kecepatan prosesornya, yang penting seberapa banyak output
kinerjanya. Sesuai tidak dgn uang yg sdh mereka bayarkan.
Akhirnya , mau tak mau, Intel juga menganut filosofi yg sama.
Mereka menamai prosesor dgn kode² huruf dan angka yg tidak mengacu lagi
kepada kecepatan. Pentium D 631 adalah salah satu contohnya.
Prosesor Berinti Banyak
Ketika penggunaan komputer semakin meluas dan beragam, dituntut
pula prosesor yang bisa mengerjakan beberapa tugas sekaligus. Sudah
jamak sekarang ini orang mengetik laporan di komputer sekaligus
mendengarkan musik dan pada saat yang sama dia sedang merubah (convert)
file musiknya dari format CD ke format mp3 untuk dipindah ke mp3
playernya. Istilahnya kerennya multi-tasking, mengerjakan beberapa hal
sekaligus di satu komputer yg sama.
Pada komputer yg inti (core) prosesornya hanya satu (single core),
hal ini memang masih bisa dikerjakan. Namum karena “otak”nya (core
adalah otak dari prosesor) cuma 1 terpaksa beberapa tugas itu dikerjakan
secara bergantian dan bergiliran. Untuk tugas-tugas yang “ringan”
seperti mendengarkan musik sambil mengetik surat, misalnya, prosesor
single core masih mampu menanganinya tanpa si pengguna merasa
“terganggu”. Tapi kalau tugas-tugas itu cukup “berat” seperti converting
file, main game 3D dsb, kadang terjadi lag atau program terhenti
sejenak. Kalau mendengarkan musik, maka alunan suara akan terdengar
putus². Itu tandanya prosesor sdh kewalahan menangani tugas yg
ber-tumpuk².
Produsen prosesor merespons tuntutan para penggunanya dengan
menciptakan prosesor yg memiliki lebih dari 1 core (multi core). Angka
yg terdekat setelah 1 tentu saja 2. Maka lahirlah prosesor berinti 2
(dual core). Intel mulai dgn Pentium D (PD) dan AMD mulai dgn Athlon64
X2 (A64 X2).
Meskipun sama² memiliki 2 cores, secara prinsip keduanya berbeda
arsitektur. PD menempatkan kedua coresnya dlm 2 chip yg berbeda
sedangkan A64 X2 kedua cores berada dlm 1 chip.
Biar gampang kita umpamakan saja prosesor itu sebuah rumah. Lalu
chip adalah kamar dan core adalah orang. Pada PD, dua orang itu
menempati 2 kamar yg berbeda dlm 1 rumah itu. Otomatis krn kamarnya
berbeda, untuk bisa saling komunikasi mereka harus memakai interkom atau
telepon, misalnya. Sedang A64 X2 menempatkan kedua orang itu dlm 1
kamar sehingga komunikasi diantara keduanya jauh lbh mudah. Jadi PD
memiliki 2 chip dlm 1 prosesor, sedang A64 X2 hanya punya 1 chip.
Istilah dual core jadi rancu ketika Intel mempromosikan PD sbg dual
core, padahal pengertian sesungguhnya dari dual core adakah struktur yg
dipakai di A64 X2. Sejatinya struktur PD lbh tepat disebut double core.
Tapi okey lah, bagi kita orang awam tdk penting betul dual core atau
double core.
Kemudian Intel meluncurkan prosesor yg real dual core dgn nama
dagang Core® 2 Duo (C2D). Mereka ingin nama dagang Core bisa
menggantikan Pentium, tapi rupanya konsumen masih menempatkan nama
Pentium dalam top-of-mind mereka. Sulit unt melupakan Pentium. Akhirnya
Intel meluncurkan juga Pentium Dual Core dgn serie E21xx. Nah, tambah
membingungkan lagi kan, ada Pentium D yg diklaim dual core, ada C2D yg
memang betul² dual core, lalu ada pula Pentium Dual Core E21xx. Yah,
bahasa marketing memang kadang suka membuat bingung. Apalagi kalau
marketingnya kelewat canggih kayak Intel.
Tapi secara hirarkis berdasar kinerjanya (pada speed yg sama),
untuk prosesor Intel berinti 2 (biar tdk bingung antara double core dan
dual core) adalah sebagai berikut
1. C2DserieE8xxx
2. C2DserieE6xxx
3. C2DserieE4xxx
4. PentiumDualCoreE21xx
5. Pentium D
Sekarang sudah ada prosesor dengan 4 cores. Intel punya Core 2
Quadro (C2Q) sedang AMD punya Phenom X4. Memang persaingan di antara
keduanya tdk pernah habis (dan semoga jangan sampai habis) karena dgn
adanya persaingan maka teknologi akan semakin cepat berkembang.
Konsekuensinya harus lbh sering ganti komputer, atau minimal upgrade,
krn para pembuat perangkat lunak pun akan berlomba menggunakan teknologi
perangkat keras yg telah tersedia di pasar. Siapkan dompet yg lebih
tebal, terutama unt Anda yg selalu haus mencicipi teknologi terbaru
AMD Triple-Core
Amerika Serikat, 17 September 2007. Tiga core prosesor, mengapa
tidak? Sepertinya itulah yang ada di benak para ahli di AMD. Kemarin
baru saja AMD memberikan berita resmi bahwa awal tahun 2008 mereka akan
meluncurkan prosesor baru dengan triple-core. Prosesor baru ini
dimasukkan ke keluarga prosesor quad-core AMD (Phenom) yang rencananya
dirilis tahun depan. Pada dasarnya prosesor triple-core ini menggunakan
desain yang sama dengan quad-core, namun AMD “mematikan” satu core
sehingga hanya tiga core yang berfungsi.
Bob brewer, corporate vice president of marketing and strategy dari
AMD menjelaskan bahwa sampai saat ini penjualan prosesor quad-core
masih sedikit dan belum banyak software yang mendukung optimalisasi
empat core. Akan tetapi, banyak aplikasi dan pengguna yang menginginkan
“sedikit tenaga lebih” dibandingkan prosesor dual-core, di sinilah
prosesor triple-core mereka akan mengisi pasar.
Lebih lanjut Brewer mengaku bahwa kelahiran prosesor baru ini
tidaklah direncanakan, namun efek dari proses produksi quad-core AMD
yang baru. “Quad-core kami menggunakan desain yang berbeda dan lebih
canggih (dari Intel), satu kesalahan kecil saja akan menghancurkan satu
batch prosesor di proses produksi”. Prosesor dengan tiga core inilah
yang kemudian muncul dari produksi quad-core AMD yang tidak berhasil
lolos uji lab.
Belum diperoleh data yang akurat tentang gambaran kinerja prosesor
triple-core AMD. Akan tetapi jike memuaskan, tampaknya AMD bisa menambah
ceruk pasarnya di dunia prosesor, terutama bila perusahaan asal
California ini pintar mematok harganya.
Prosesor Quad-Core Opteron
AMD memperkenalkan 4 prosesor Quad-Core AMD Opteron SE yang diklaim
bakal membantu para manager TI dalam mengembangkan kemampuan datacenter
mereka dalam rangka memenuhi kebutuhan komputasi di lingkungan
perusahaan.
Dibandingkan investasi untuk proprietary hardware yang sangat
mahal, prosesor produk ini dijanjikan bakal mempermudah perusahaan
mengembangkan datacenter mereka dengan lebih mudah dan terjangkau ke
server yang menawarkan fungsionalitas kelas enterprise pada harga
standar.
Penambahan inti menjadi 4 socket dan 8 socket pada server x86 ini
memungkinkan pengguna mendapatkan keuntungan terbaik dalam performa dan
efisiensi, yang sangat penting untuk menangani aplikasi-aplikasi
database dan virtualisasi.
Sistem Prosesor Quad-Core AMD Opteron SE akan tersedia dari
perusahaan OEM Global dan penyedia solusi, termasuk Hewlett-Packard, Sun
Microsystems, Dell dan IBM.
Prosesor Quad Core AMD Opteron dengan model 2360 SE (2,5 GHz), 2358
SE (2,4 GHz), 8360 SE (2,5 GHz) dan 8358 SE (2,4 GHz) telah tersedia
dan telah mencatatkan rekor benchmark untuk performa di industri.
varian baru AMD APU diperkenal kan Pada tahun 2011
Seri FX adalah prosesor X86_64 pengganti sempron, Atlon dan
phenom yaitu platform Bulldozer dengan varian 4,6 dan 8 core. Dikemas dengan
seri Black dan ultimate. Sementara seri A dan E adalah prosesor baru AMD dengan
platform APU. Seri A adalah APU dengan 4 core dan seri E adalah platform
terendah dari AMD APU yaitu menggunakan 2 core. Platform AMD Seri A akan
dikemas dengan label AMD Vision Ultimate dan AMD Vision Premium sementara seri
E dikemas dengan label AMD Vision.
prosesor dengan platform barunya APU (Accelerate Processing
Unit). Platform ini menyempurnaakan platform X86 yang telah kita kenal dan
digunakan selama puluhan tahun. APU merupakan gabungan dari CPU dan GPU,
platform AMD APU akan menggunakan otak dari kartu grafi AMD Radeon 5000 dan
6000 series.
Keuntungan dari penggunaan APU adalah efisiensi dalam
menangani multi tasking. Gabungan CPU dan GPU mampu menghasilkan kinerja yang
cukup signifikan dalam mengolah applikasi multitasking. penggunaan APU dapat
menurunkan konsumsi daya yang cukup signifikan. Dengan digabungnya CPU dan GPU maka daya yang dibutuhkan
menjadi lebih sedikit sebab tidak perlu lagi konsumsi untuk VGA onboard. VGA
bukan lagi d motherboard tetapi ada di dalam Prosesor.
AMD mengusung seri bulldozer untuk para maniak gamer.
Bulldozer sejati adalah prosesor dengan platform X86-64 sama dengan prosesor
AMD Phenom sebelumnya namun dengan teknologi dan arsitektur yang lebih baru. Multitasking
seperti office, nonton HD Movie, sambil render Audio/Video sebaiknya
menggunakan AMD APU. AMD sudah mengemasnya dalam satu paket penjualan CPU, GPU dan
Motherboard sudah terintegrasi menjadi satu. Dan sekarang cukup membeli memory,
hardisk, dan PSU maka kita sudah bisa mendapatkan sebuah komputer yang powerfull
dan hemat daya.